Kunjungan Penerjemah Pemerintah menuju Istana Kepresidenan Cipanas
Sebulan yang lalu, tepatnya 23 September 2017 saya beserta peserta diklat Fungsional Penerjemah Angkatan VI berkesempatan
melakukan
kunjungan ke Istana
Kepresidenan Cipanas. Perjalanan kami yang diawali dari pagi
hari itu menggunakan
bus "The Bee Bus" pariwisata berwarna kuning, memakan waktu kurang lebih tiga
jam dari jakarta menuju Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di kaki
Gunung Gede, Jawa Barat.
Sepanjang perjalanan untuk menghilangkan kepenatan
karena perjalanan yang cukup jauh dan pastinya ada rasa sedikit mual yaa, kami berkaraoke-ria. Wah! saya pribadi
belum bisa membayangkan gambaran secara detail seperti
apa Istana Cipanas itu. Begitu
sampai disana kami mulai
merasakan
kesejukan dari udara yang masih tergolong
belum terhampar oleh polusi. Hijau! Itulah yang saya tangkap dari sekeliling
saya.
Dari sumber informasi yang kami
terima "Cipanas" berasal dari bahasa Sunda,
yaitu ci atau cai yang berarti "air" dan
panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas
karena di tempat ini terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan
yang kebetulan berada di dalam kompleks istana Cipanas.
Begitu turun dari bus terlihat luasnya areal Istana yang ada dihadapan saya yang berpagar tinggi dan berwarna putih. Istana yang tepatnya lebih kurang lebih 103 km dari Jakarta ke arah Bandung melalui puncak. Istana ini terletak di Desa Cipanas, kecamatan Cipanas, kabupaten Cianjur. Luasnya istana ini sekitar 26 hektar, tapi hanya beberapa dari luas areal yang digunakan untuk bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Selebihnya dipenuhi dengan tanaman dan kebun tanaman hias yang asri, kebun sayur dan tanaman lain yang ditata seperti hutan kecil.
Kami mulai mengitari lokasi Istana yang sangat terjaga kebersihannya dan beberapa kali saya berdecak kagum dengan keindahannya yang sangat alami. Dimulai dari bangunan induk istana yaitu bangunan yang awalnya adalah milik pribadi seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dan ketika kami berada di kawasan hutan kecil terbuka, wow! Lukisan sang Pencipta yang sangat mengagumkan menghampar dihadapan saya.
Belum puas rasanya, tapi kami masih memiliki perjalanan ke beberapa bangunan lainnya yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudhistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap. Penamaan ini dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Soekarno. Di bagian belakang agak ke utara terdapat "Gedung Bentol", sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa. Gedung ini hanya digunakan sebagai tempat persinggahan pembesar-pembesar Jepang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia dalam perjalanan mereka dari Jakarta ke Bandung ataupun sebaliknya.
Gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden atau Wakil Presiden beserta keluarga setelah kemerdekaan. Setiap ruangan di Istana ini dilengkapi dengan perabot yang terbuat dari kayu. Di Istana ini tersimpan berbagai koleksi ukiran Jepara dan lukisan dari maestro seni lukis Indonesia seperti Basuki Abdullah, Dullah Sujoyono, dan Lee Man Fong.
Hari itu menjadi salah satu dari pengalaman yang berkesan bagi saya, karena selain banyak menerima informasi saya bisa berkunjung secara langsung dan berkeliling di Istana Kepresidenan Cipanas. Sayangnya, di beberapa tempat ada peraturan tidak diperkenankan untuk mengabadikan isi di dalam gedung tertentu yang berisi dengan benda-benda bersejarah, tapi tidak mengurangi rasa kepuasan bagi saya. Dan menjelang sore harinya kami kembali ke Jakarta dengan perasaan yang menyenangkan.
*referensi bacaan dan foto: wikipedia dan pribadi
*referensi bacaan dan foto: wikipedia dan pribadi
Komentar
Posting Komentar